Pengertian
Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi air permukaan,
irigasi air bawahtanah, irigasi pompa dan irigasi rawa. Semua proses kehidupan
dan kejadian di dalam tanah yang merupakan tempat media pertumbuhan tanaman
hanya dapat terjadi apabila ada air, baik bertindak sebagai pelaku
(subjek) atau air sebagai media (objek). Proses-proses utama yang
menciptakan kesuburan tanah atau sebaliknya yang mendorong degradasi tanah
hanya dapat berlangsung apabila terdapat kehadiran air. Oleh karena itu,
tepat kalau dikatakan air merupakan sumber kehidupan.
Irigasi berarti mengalirkan air secara buatan dari sumber air yang tersedia
kepada sebidang lahan untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Dengan demikian
tujuan irigasi adalah mengalirkan air secara teratur sesuai kebutuhan tanaman
pada saat persediaan lengas tanah tidak mencukupi untuk mendukung pertumbuhan
tanaman, sehingga tanaman bisa tumbuh secara normal. Pemberian air
irigasi yang efisien selain dipengaruhi oleh tatacara aplikasi, juga
ditentukan oleh kebutuhan air guna mencapai kondisi air tersedia yang
dibutuhkan tanaman.
Fungsi Irigasi:
- Memasok kebutuhan air tanaman
- Menjamin ketersediaan air apabila terjadi betatan
- Menurunkan suhu tanah
- Mengurangi kerusakan akibat frost
- Melunakkan lapis keras pada saat pengolahan tanah
Tujuan Irigasi
Irigasi bertujuan untuk membantu para petani dalam mengolah lahan
pertaniannya, terutama bagi para petani di pedesaan yang sering kekurangan air.
1. Meningkatkan Produksi Pangan terutama beras
2. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas
pemanfaatan air irigasi
3. Meningkatkan intensitas tanam
4. Meningkatkan dan memberdayakan masyarakat desa
dalam pembangunan jaringan irigasi perdesaan
Manfaat Irigasi
Irigasi sangat bermanfaat bagi
pertanian, terutama di pedesaan. Dengan irigasi, sawah dapat digarap tiap
tahunnya, dapat dipergunakan untuk peternakan, dan keperluan lain yang
bermanfaat.
Kebutuhan Air Irigasi
• Kebutuhan air sawah untuk padi ditentukan oleh
faktor-faktor berikut :
1.
Penyiapan lahan
2.
Penggunaan konsumtif
3.
Perkolasi dan rembesan
4.
Pergantian lapisan air
5.
Curah hujan efektif
Kebutuhan air disawah
dinyatakan dalam mm/hari atau lt/dt/ha.
• Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Air
Tanaman
1.Topografi
2.Hidrologi
3.Klimatologi
4.Tekstur Tanah
1. Topografi
Untuk lahan yang miring membutuhkan air yang lebih banyak daripada yang datar karena air akan lebih cepat mengalir menjadi aliran permukaan dan hanya sedikit yang mengalami infiltrasi.
2.Hidrologi
Makin banyak curah hujan, makin sedikit kebutuhan air tanaman, hal ini dikarenakan hujan efektif akan menjadi besar.
3. Klimatologi
Tanaman tidak dapat bertahan dalam cuaca buruk. Dengan memperhatikan keadaan cuaca dan cara pemanfaatannya, maka dapat dilaksanakan penanaman tanaman yang tepat untuk periode yang tepat dan sesuai dengan keadaan tanah.
4. Tekstur Tanah
Tanah yang baik untuk usaha pertanian adalah tanah yang mudah dikerjakan dan bersifat produktif serta subur. Tanah yang baik akan memberikan kesempatan pada akar tanaman untuk tumbuh dengan mudah, menjamin sirkulasi air dan udara serta baik pada zona perakaran dan secara relatif memiliki hara dan kelembaban tanah yang cukup.
Evaporasi
Laju Evaporasi dipengaruhi oleh faktor lamanya penyinaran matahari, udara yang bertiup, kelembaban udara dll.
Beberapa metoda untuk menghitung besarnya evaporasi, diantaranya rumus Penman yaitu :
Eo = 0.35 (Pa – Pu)(1+U2/100)
Dimana :
Eo = penguapan dalam mm/hari
Pa = tekanan uap jenuh pada suhu rata-rata harian dalam mmHg
Pu = tekanan uap sebenarnya dalam mmHg
U2 = Kecepatan angin pada ketinggian 2m dalam mile/hari, sehingga bentuk U2 dalam m/dt masih harus dikalikan dengan 24x60x60x1600.
Transpirasi
Untuk lahan yang miring membutuhkan air yang lebih banyak daripada yang datar karena air akan lebih cepat mengalir menjadi aliran permukaan dan hanya sedikit yang mengalami infiltrasi.
2.Hidrologi
Makin banyak curah hujan, makin sedikit kebutuhan air tanaman, hal ini dikarenakan hujan efektif akan menjadi besar.
3. Klimatologi
Tanaman tidak dapat bertahan dalam cuaca buruk. Dengan memperhatikan keadaan cuaca dan cara pemanfaatannya, maka dapat dilaksanakan penanaman tanaman yang tepat untuk periode yang tepat dan sesuai dengan keadaan tanah.
4. Tekstur Tanah
Tanah yang baik untuk usaha pertanian adalah tanah yang mudah dikerjakan dan bersifat produktif serta subur. Tanah yang baik akan memberikan kesempatan pada akar tanaman untuk tumbuh dengan mudah, menjamin sirkulasi air dan udara serta baik pada zona perakaran dan secara relatif memiliki hara dan kelembaban tanah yang cukup.
Evaporasi
Laju Evaporasi dipengaruhi oleh faktor lamanya penyinaran matahari, udara yang bertiup, kelembaban udara dll.
Beberapa metoda untuk menghitung besarnya evaporasi, diantaranya rumus Penman yaitu :
Eo = 0.35 (Pa – Pu)(1+U2/100)
Dimana :
Eo = penguapan dalam mm/hari
Pa = tekanan uap jenuh pada suhu rata-rata harian dalam mmHg
Pu = tekanan uap sebenarnya dalam mmHg
U2 = Kecepatan angin pada ketinggian 2m dalam mile/hari, sehingga bentuk U2 dalam m/dt masih harus dikalikan dengan 24x60x60x1600.
Transpirasi
Peristiwa uap air meninggalkan tubuh tanaman dan memasuki atmosfir. Yang
mempengaruhi laju transpirasi adalah: intensitas penyinaran matahari, tekanan
uap air di udara, suhu, kecepatan angin.Transpirasi dari tubuh tanaman pada
siang hari dapat melampaui evaporasi dari permukaan air atau permukaan tanah
basah, tetapi sebaliknya pada malam hari lebih kecil bahkan tidak ada
transpirasi.
Evapotranspirasi
Evapotranspirasi sering disebut sebagai kebutuhan konsumtif tanaman yang
merupakan jumlah air untuk evaporasi dari permukaan areal tanaman dengan air
untuk transpirasi dari tubuh tanaman.
Efisiensi
Irigasi
1.
Efisiensi Pengaliran
Jumlah air yang dilepaskan dari bangunan
sadap ke areal irigasi mengalami kehilangan air selama pengalirannya.
Kehilangan air ini menentukan besarnya efisiensi pengaliran.
EPNG = (Asa/Adb)x100%
dengan :
EPNG : Efisiensi pemakaian
Asa : Air yang sampai di irigasi
Adb : Air yang diambil dari bangunan sadap
EPNG = (Asa/Adb)x100%
dengan :
EPNG : Efisiensi pemakaian
Asa : Air yang sampai di irigasi
Adb : Air yang diambil dari bangunan sadap
2.
Efisiensi Pemakaian
Efisiensi pemakaian adalah perbandingan
antara air yang dapat ditahan pada zona perakaran dalam periode pemberian air
dengan air yang diberikan pada areal irigasi
EPMK = (Adzp/Asa)x 100%
dengan :
EPMK : Efisiensi pemakai
Adzp : Air yang dapat ditahan pada zone perakaran
Asa : Air yang diberikan (sampai) diareal irigasi
3. Efisiensi Penyimpanan
Apabila keadaan sangat kekurangan jumlah air yang dibutuhkan untuk mengisi lengas tanah pada zone perakaran adalah Asp (air tersimpan penuh) dan air yang diberikan adalah Adk maka efisiensi penyimpanan adalah :
EPNY = (Adk/Asp)x100%
dengan :
EPNY : Efisiensi penyimpanan
Asp : Air yang tersimpan
Adk : Air yang diberikan
EPMK = (Adzp/Asa)x 100%
dengan :
EPMK : Efisiensi pemakai
Adzp : Air yang dapat ditahan pada zone perakaran
Asa : Air yang diberikan (sampai) diareal irigasi
3. Efisiensi Penyimpanan
Apabila keadaan sangat kekurangan jumlah air yang dibutuhkan untuk mengisi lengas tanah pada zone perakaran adalah Asp (air tersimpan penuh) dan air yang diberikan adalah Adk maka efisiensi penyimpanan adalah :
EPNY = (Adk/Asp)x100%
dengan :
EPNY : Efisiensi penyimpanan
Asp : Air yang tersimpan
Adk : Air yang diberikan
• Sesungguhnya nilai efisiensi dapat juga terjadi
pada saluran primer, bangunan bagi, saluran sekunder dsb.
EF = [(Adbk – Ahl)/Adbk] x 100
%
Dimana :
EF : Efisiensi
Adbk : air yang diberikan
Ahl : air yang hilang
Pola Tanam Dan Sistem Golongan
1. Pola Tanam
Penentuan pola tanam merupakan hal yang perlu dipertimbangkan untuk memenuhi kebutuhan air.
2. Sistem Golongan
Untuk memperoleh tanaman dengan pertumbuhan yang optimal guna mencapai produktifitas yang tinggi, maka penanaman harus memperhatikan pembagian air secara merata ke semua petak tersier dalam jaringan irigasi. Sumber air tidak selalu dapat menyediakan air irigasi yang dibutuhkan, sehingga harus dibuat perencanaan pembagian air yang baik agar air dapat digunakan merata. Kebutuhan air yang tertinggi untuk mencapai petak tersier adalah Qmax.
Kebutuhan Air
1.Penyiapan Lahan
Faktor-faktor penting yang menentukan besarnya kebutuhan air untuk penyiapan lahan adalah :
Dimana :
EF : Efisiensi
Adbk : air yang diberikan
Ahl : air yang hilang
Pola Tanam Dan Sistem Golongan
1. Pola Tanam
Penentuan pola tanam merupakan hal yang perlu dipertimbangkan untuk memenuhi kebutuhan air.
2. Sistem Golongan
Untuk memperoleh tanaman dengan pertumbuhan yang optimal guna mencapai produktifitas yang tinggi, maka penanaman harus memperhatikan pembagian air secara merata ke semua petak tersier dalam jaringan irigasi. Sumber air tidak selalu dapat menyediakan air irigasi yang dibutuhkan, sehingga harus dibuat perencanaan pembagian air yang baik agar air dapat digunakan merata. Kebutuhan air yang tertinggi untuk mencapai petak tersier adalah Qmax.
Kebutuhan Air
1.Penyiapan Lahan
Faktor-faktor penting yang menentukan besarnya kebutuhan air untuk penyiapan lahan adalah :
• lamanya waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan pekerjaan penyiapan lahan
• Jumlah air yang diperlukan untuk penyiapan
lahan.
Faktor penting yang menentukan
lamanya jangka waktu penyiapan lahan adalah :
- Tersedianya tenaga kerja dan ternak atau traktor
untuk menggarap tanah
- Perlu memperpendek jangka waktu tersebut agar
tersedia cukup waktu untuk menanam padi sawah atau padi ladang ke dua.
Sebagai pedoman : diambil jangka waktu 1.5
bulan untuk menyelesaikan penyiapan lahan diseluruh petak tersier.
• Kebutuhan Air untuk
Penyiapan Lahan
PWR =
Dengan :
PWR : kebutuhan air untuk penyiapan lahan (mm)
Sa : Derajat kejenuhan tanah setelah penyiapan lahan dimulai (%)
Sb : Derajat kejenuhan tanah sebelum penyiapan lahan dimulai (%)
N : Porositas tanah dalam (%) pada harga rata-rata untuk kedalaman tanah
d : Asumsi kedalaman tanah setelah pekerjaan penyiapan lahan (mm)
Pd : Kedalaman genangan setelah pekerjaan penyiapan lahan (mm)
FL : Kehilangan air disawah selama 1 hari (mm)
Dengan :
PWR : kebutuhan air untuk penyiapan lahan (mm)
Sa : Derajat kejenuhan tanah setelah penyiapan lahan dimulai (%)
Sb : Derajat kejenuhan tanah sebelum penyiapan lahan dimulai (%)
N : Porositas tanah dalam (%) pada harga rata-rata untuk kedalaman tanah
d : Asumsi kedalaman tanah setelah pekerjaan penyiapan lahan (mm)
Pd : Kedalaman genangan setelah pekerjaan penyiapan lahan (mm)
FL : Kehilangan air disawah selama 1 hari (mm)
• Kebutuhan Air Selama
Penyiapan Lahan
IR = Mek/(ek – 1)
Dengan :
IR : Kebutuhan air irigasi ditingkat persawahan (mm/hari)
M : Kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat evaporasi dan perkolasi disawah yang sudah dijenuhkan M = Eo+P (mm/hari)
Eo : Evaporasi air terbuka yang diambil 1.1 Eto selama penyiapan lahan (mm/hari)
P : Perkolasi
k : MT/S
S : Kebutuhan air, untuk penjenuhan ditambah dengan lapisan air 50 mm, yakni 200+50= 250 mm
2. Penggunaan Konsumtif
Adalah jumlah air yang dipakai oleh tanaman untuk fotosintesis dari tanaman tsb. Penggunaan konsumtif dihitung dengan rumus berikut :
Etc= evapotranspirasi tanaman (mm/hari)
Eto= evapotranspirasi tanaman acuan (mm/hari)
Kc= koefisien tanaman
3. Perkolasi
Laju perkolasi sangat tergantung kepada sifat-sifat tanah. Pada tanah lempung berat dengan karakteristik pengolahan yang baik, laju perkolasi dapat mencapai 1 – 3 mm/hari. Pada tanah-tanah yang lebih ringan, laju perkolasi bisa lebih tinggi.
4. Penggantian Lapisan Air
Penggantian lapisan air dilakukan setelah pemupukan. Penggantian lapisan air dilakukan menurut kebutuhan. Jika tidak ada penjadwalan semacam itu, lakukan penggantian sebanyak 2 kali, masing-masing 50 mm (atau 3.3 mm/hari selama ½ bulan) selama sebulan dan 2 bulan transplantasi.
5. Curah Hujan Efektif
Untuk irigasi padi, curah hujan efektif bulanan efektif bulanan diambil 70 % dari curah hujan minimum tengah bulanan dengan periode ulang 5 tahun.
Re = 0.7 x ½ Rs (setengah bulanan dengan T = 5 tahun)
Dimana :
Re = curah hujan efektif (mm/hari)
Rs = curah hujan minimum dengan periode ulang 5 tahun (mm)
6. Kebutuhan Air di Sawah untuk Petak Tersier
Banyaknya air untuk irigasi pada petak sawah dapat dirumuskan sebagai berikut :
Ir = S+Et+P-Re
dimana :
Ir = kebutuhan air irigasi
S = kebutuhan air untuk pengolahan tanah atau penggenangan
Et = evapotranspirasi
Re = curah hujan efektif
Dengan :
IR : Kebutuhan air irigasi ditingkat persawahan (mm/hari)
M : Kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat evaporasi dan perkolasi disawah yang sudah dijenuhkan M = Eo+P (mm/hari)
Eo : Evaporasi air terbuka yang diambil 1.1 Eto selama penyiapan lahan (mm/hari)
P : Perkolasi
k : MT/S
S : Kebutuhan air, untuk penjenuhan ditambah dengan lapisan air 50 mm, yakni 200+50= 250 mm
2. Penggunaan Konsumtif
Adalah jumlah air yang dipakai oleh tanaman untuk fotosintesis dari tanaman tsb. Penggunaan konsumtif dihitung dengan rumus berikut :
Etc= evapotranspirasi tanaman (mm/hari)
Eto= evapotranspirasi tanaman acuan (mm/hari)
Kc= koefisien tanaman
3. Perkolasi
Laju perkolasi sangat tergantung kepada sifat-sifat tanah. Pada tanah lempung berat dengan karakteristik pengolahan yang baik, laju perkolasi dapat mencapai 1 – 3 mm/hari. Pada tanah-tanah yang lebih ringan, laju perkolasi bisa lebih tinggi.
4. Penggantian Lapisan Air
Penggantian lapisan air dilakukan setelah pemupukan. Penggantian lapisan air dilakukan menurut kebutuhan. Jika tidak ada penjadwalan semacam itu, lakukan penggantian sebanyak 2 kali, masing-masing 50 mm (atau 3.3 mm/hari selama ½ bulan) selama sebulan dan 2 bulan transplantasi.
5. Curah Hujan Efektif
Untuk irigasi padi, curah hujan efektif bulanan efektif bulanan diambil 70 % dari curah hujan minimum tengah bulanan dengan periode ulang 5 tahun.
Re = 0.7 x ½ Rs (setengah bulanan dengan T = 5 tahun)
Dimana :
Re = curah hujan efektif (mm/hari)
Rs = curah hujan minimum dengan periode ulang 5 tahun (mm)
6. Kebutuhan Air di Sawah untuk Petak Tersier
Banyaknya air untuk irigasi pada petak sawah dapat dirumuskan sebagai berikut :
Ir = S+Et+P-Re
dimana :
Ir = kebutuhan air irigasi
S = kebutuhan air untuk pengolahan tanah atau penggenangan
Et = evapotranspirasi
Re = curah hujan efektif
A. Padi
Perhitungan kebutuhan air
dapat dilakukan dengan menggunakan tabel.
a. Dengan rotasi (alamiah) didalam petak tersier kegiatan-kegiatan penyiapan
lahan diseluruh petak dapat diselesaikan secara berangsur-angsur. Rotasi
alamiah digambarkan dengan pengaturan kegiatan-kegiatan setiap waktu ½ bulan
bertahap.
b. Transplantasi akan dimulai pada pertengahan bulan kedua dan akan selesai
dalam waktu 1 ½ bulan sesudah selesainya penyiapan lahan.
c. Harga-harga evapotranspirasi tanaman acuan Eto, laju perkolasi P dan curah
hujan efektif Re adalah harga-harga asumsi.
d. Kedua penggantian lapisan air (WLR) diasumsikan. Masing-masing WLR dibuat
bertahap.
B. Tanaman Ladang dan
Tebu
1. Penyiapan Lahan
Masa prairigasi diperlukan guna
menggarap lahan untuk ditanami dan untuk menciptakan kondisi lembab yang
memadai untuk persemaian yang baru tumbuh. Banyak air yang dibutuhkan
bergantung kepada kondisi tanah dan pola tanam yang diterapkan.
•
jumlah air 50-100 mm dianjurkan untuk
tanaman ladang
•
jumlah 100-200 mm untuk tebu
2. Penggunaan
Konsumtif
Asumsi harga-harga koefisien yang
dipakai secara umum di Indonesia adalah sbb:
•
Evapotranspirasi harian 55 mm
•
Kecepatan angin antara 0 dan 5 m/dt
•
Kelembaban relatif minimum 70 %
•
Frekwensi irigasi/curah hujan per 7 hari
3.Perkolasi
Pada tanaman ladang, perkolasi air kedalam
lapisan bawah tanah hanya akan terjadi setelah pemberian air irigasi. Dalam
mempertimbangkan efisiensi irigasi, perkolasi hendaknya diperhitungkan.
Keberlanjutan Sistem Irigasi
Keberlanjutan sistem irigasi
ditentukan oleh:
1. Keandalan air irigasi yang
diwujudkan melalui kegiatan membangun waduk, waduk lapangan, bendungan, bendung, pompa, dan jaringan drainase yang memadai,
mengendalikan mutu air, serta memanfaatkan kembali air drainase;
2. Keandalan prasarana irigasi yang diwujudkan melalui kegiatan peningkatan, dan pengelolaan jaringan irigasi yang meliputi operasi, pemeliharaan, dan rehabilitasi jaringan irigasi di daerah irigasi;
3. Meningkatnya pendapatan masyarakat petani dari usaha tani yang diwujudkan melalui kegiatan pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi yang mendorong keterpaduan dengan kegiatan diversifikasi dan modernisasi usaha tani.
2. Keandalan prasarana irigasi yang diwujudkan melalui kegiatan peningkatan, dan pengelolaan jaringan irigasi yang meliputi operasi, pemeliharaan, dan rehabilitasi jaringan irigasi di daerah irigasi;
3. Meningkatnya pendapatan masyarakat petani dari usaha tani yang diwujudkan melalui kegiatan pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi yang mendorong keterpaduan dengan kegiatan diversifikasi dan modernisasi usaha tani.
Prasarana Irigasi
Prasarana irigasi meliputi Jaringan Irigasi yang dimulai dari Pengambilan
Air, yang bisa berupa waduk, bendung, pompa atau pengambilan bebas sampai
saluran dan bangunan pembawa irigasi dan saluran dan bangunan pembuang irigasi.
Macam-macam Saluran
1. Saluran Pembawa
Saluran Pembawa : membawa air mulai Bang. Pengambilan sampai ke Petak Tersier
Saluran Pembawa ada tiga jenis: Saluran Primer, Saluran Sekunder, Saluran Tersier
1. Saluran Pembawa
Saluran Pembawa : membawa air mulai Bang. Pengambilan sampai ke Petak Tersier
Saluran Pembawa ada tiga jenis: Saluran Primer, Saluran Sekunder, Saluran Tersier
2. Saluran Pembuang
Saluran Pembuang : membuang air mulai Petak Tersier sampai ke Pembuang Utama (Sungai)
Saluran Pembuang ada tiga jenis: Saluran Pembuang Primer, Saluran Pembuang Sekunder dan Saluran Pembuang Tersier
Saluran Pembuang : membuang air mulai Petak Tersier sampai ke Pembuang Utama (Sungai)
Saluran Pembuang ada tiga jenis: Saluran Pembuang Primer, Saluran Pembuang Sekunder dan Saluran Pembuang Tersier
Kepemilikan Jaringan Irigasi
1). Jaringan irigasi
pemerintah adalah jaringan irigasi yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah;
2). Jaringan irigasi desa adalah jaringan irigasi yang dibangun dan dikelola oleh masyarakat desa;
3). Jaringan irigasi swasta adalah jaringan irigasi yang dibangun dan dikelola oleh perseorangan, badan usaha, dan kelompok masyarakat di luar perkumpulan petani pemakai air.
2). Jaringan irigasi desa adalah jaringan irigasi yang dibangun dan dikelola oleh masyarakat desa;
3). Jaringan irigasi swasta adalah jaringan irigasi yang dibangun dan dikelola oleh perseorangan, badan usaha, dan kelompok masyarakat di luar perkumpulan petani pemakai air.
Pengelolaan Jaringan Irigasi
Operasi jaringan irigasi adalah upaya pengaturan air irigasi dan pembuangannya, termasuk kegiatan membuka-menutup pintu bangunan irigasi, menyusun rencana tata tanam, menyusun sistem golongan, menyusun rencana pembagian air, melaksanakan kalibrasi pintu/bangunan, mengumpulkan data, memantau dan mengevaluasi.
Pemeliharaan jaringan irigasiadalah upaya menjaga dan mengamankan jaringan irigasi agar selalu dapat berfungsi dengan baik guna memperlancar pelaksanaan operasi dan mempertahankan kelestariannya.
Operasi jaringan irigasi adalah upaya pengaturan air irigasi dan pembuangannya, termasuk kegiatan membuka-menutup pintu bangunan irigasi, menyusun rencana tata tanam, menyusun sistem golongan, menyusun rencana pembagian air, melaksanakan kalibrasi pintu/bangunan, mengumpulkan data, memantau dan mengevaluasi.
Pemeliharaan jaringan irigasiadalah upaya menjaga dan mengamankan jaringan irigasi agar selalu dapat berfungsi dengan baik guna memperlancar pelaksanaan operasi dan mempertahankan kelestariannya.
Jenis-jenis Irigasi
-
Irigasi Permukaan
Irigasi Permukaan merupakan sistem irigasi yang
menyadap air langsung di sungai melalui bangunan bendung maupun melalui bangunan pengambilan bebas (free
intake) kemudian air irigasi dialirkan secara gravitasi melalui saluran
sampai ke lahan pertanian. Di sini dikenal saluran primer, sekunder, dan
tersier. Pengaturan air ini dilakukan dengan pintu air. Prosesnya adalah
gravitasi, tanah yang tinggi akan mendapat air lebih dulu.
-
Irigasi Lokal
Sistem ini air
distribusikan dengan cara pipanisasi. Di sini juga berlaku gravitasi, di mana
lahan yang tinggi mendapat air lebih dahulu. Namun air yang disebar hanya
terbatas sekali atau secara lokal.
-
Irigasi dengan Penyemprotan
Penyemprotan biasanya
dipakai penyemprot air atau sprinkle. Air yang disemprot akan seperti
kabut, sehingga tanaman mendapat air dari atas, daun akan basah lebih dahulu,
kemudian menetes ke akar.
-
Irigasi Tradisional dengan Ember
Di sini diperlukan
tenaga kerja secara perorangan yang banyak sekali. Di samping itu juga pemborosan
tenaga kerja yang harus menenteng ember.
-
Irigasi Pompa Air
Air diambil dari sumur dalam dan dinaikkan
melalui pompa air, kemudian dialirkan dengan berbagai cara, misalnya dengan
pipa atau saluran. Pada musim kemarau irigasi ini dapat terus mengairi sawah.
-
Irigasi Tanah Kering dengan Terasisasi
Di Afrika yang kering
dipakai sustem ini, terasisasi dipakai untuk distribusi air.
Pengalaman Penerapan Jenis
Irigasi Khusus
Irigasi Pasang-Surut di
Sumatera, Kalimantan, dan Papua
Dengan memanfaatkan
pasang-surut air di wilayah Sumatera, Kalimantan, dan Papua dikenal apa yang
dinamakan Irigasi Pasang-Surat (Tidal Irrigation). Teknologi yang
diterapkan di sini adalah: pemanfaatan lahan pertanian di dataran rendah dan
daerah rawa-rawa, di mana air diperoleh dari sungai pasang-surut di mana pada
waktu pasang air dimanfaatkan. Di sini dalam dua minggu diperoleh 4 sampai 5
waktu pada air pasang. Teknologi ini telah dikenal sejak Abad XIX. Pada waktu
itu, pendatang di Pulau Sumatera memanfaatkan rawa sebagai kebun kelapa. Di
Indonesia terdapat 5,6 juta Ha dari 34 Ha yang ada cocok untuk dikembangkan.
Hal ini bisa dihubungkan dengan pengalaman Jepang di Wilayah Sungai Chikugo
untuk wilayah Kyushu, di mana di sana dikenal dengan sistem irigasi Ao-Shunsui
yang mirip.
Irigasi Tanah Kering atau
Irigasi Tetes
Di lahan kering, air sangat langka dan
pemanfaatannya harus efisien. Jumlah air irigasi yang diberikan ditetapkan
berdasarkan kebutuhan tanaman, kemampuan tanah memegang air, serta sarana irigasi
yang tersedia.
Ada beberapa sistem irigasi untuk tanah kering, yaitu:
- (1) irigasi tetes (drip irrigation),
- (2) irigasi curah (sprinkler irrigation),
- (3) irigasi saluran terbuka (open ditch irrigation), dan
- (4) irigasi bawah permukaan (subsurface irrigation).
Untuk penggunaan air yang efisien, irigasi tetes
[3] merupakan salah satu alternatif. Misal sistem
irigasi tetes adalah pada tanaman cabai.
Ketersediaan sumber air irigasi sangat penting.
Salah satu upaya mencari potensi sumber air irigasi adalah dengan melakukan
deteksi air bawah permukaan (groundwater) melalui pemetaan karakteristik
air bawah tanah. Cara ini dapat memberikan informasi mengenai sebaran, volume
dan kedalaman sumber air untuk mengembangkan irigasi suplemen.
Deteksi air bawah permukaan dapat dilakukan dengan menggunakan Terameter.
Pengalaman Sistem Irigasi
Pertanian di Niigata Jepang
Sistem irigasi
pertanian milik Mr. Nobutoshi Ikezu di Niigata Prefecture. Di sini terlihat
adanya manajemen persediaan air yang cukup pada pengelolaan pertaniannya.
Sekitar 3 km dari tempat tersebut tedapat sungai besar yang debit airnya cukup
dan tidak berlebih. Air sungai dinaikan ke tempat penampungan air menggunakan
pompa berkekuatan besar. Air dari tempat penampungan dialirkan menggunakan
pipa-pipa air bawah tanah berdiameter 30 cm ke pertanian di sekitarnya. Pada
setiap pemilik sawah terdapat tempat pembukaan air irigasi tersebut. Pembagian
air ini bergilir berselang sehari, yang berarti sehari keluar, sehari tutup.
Penggunaannya sesuai dengan kebutuhan sawah setempat yang dapat diatur
menggunakan tuas yang dapat dibuka tutup secara manual. Dari pintu pengeluaran
air tersebut dialirkan ke sawahnya melalui pipa yang berada di bawah permukaan
sawahnya. Kalau di tanah air kita pada umumnya air dialirkan melalui permukaan
sawah. Sedangkan untuk mengatur ketinggian air dilakukan dengan cara menaikan
dan menurunkan penutup pintu pembuangan air secara manual. Pembuangan air dari
sawah masuk saluran irigasi yang terbuat dari beton sehingga air dengan mudah
kembali ke sungai kecil, tanpa merembes terbuang ke bawah tanah. Pencegahan
perembesan air dilakukan dengan sangat efisien.
Pengalaman Irigasi Perkebunan
Kelapa Sawit
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor
pembatas utama bagi produksi kelapa sawit. Kekeringan menyebabkan penurunan
laju fotosintesis dan distribusi asimilat terganggu, berdampak negatif pada
pertumbuhan tanaman baik fase vegetatif maupun fase generatif. Pada fase
vegetatif kekeringan pada tanaman kelapa sawit ditandai oleh kondisi daun
tombak tidak membuka dan terhambatnya pertumbuhan pelepah. Pada keadaan yang
lebih parah kekurangan air menyebabkan kerusakan jaringan tanaman yang
dicerminkan oleh daun pucuk dan pelepah yang mudah patah. Pada fase generatif
kekeringan menyebabkan terjadinya penurunan produksi tanaman akibat
terhambatnya pembentukan bunga, meningkatnya jumlah bunga jantan, pembuahan
terganggu, gugur buah muda, bentuk buah kecil dan rendemen minyak buah rendah.
Manajemen irigasi perkebunan kelapa sawit,
yaitu: membuat bak pembagi, pembangunan alat pengukur debit manual di jalur
sungai, membuat jaringan irigasi di lapang untuk meningkatkan daerah layanan
irigasi suplementer bagi tanaman kelapa sawit seluas kurang lebih 1 ha,
percobaan lapang untuk mengkaji pengaruh irigasi suplementer (volume dan waktu
pemberian) terhadap pertumbuhan vegetatif kelapa sawit dan dampak peningkatan
aliran dasar (base flow) terhadap performa kelapa sawit pada musim
kemarau, identifikasi lokasi pengembangan dan membuat untuk 4 buah Dam Parit
dan upscalling pengembangan dam parit di daerah aliran sungai.
CASINOS CASINO LIMITED | Launching Soon - JTA Hub
ReplyDeleteCASINOS CASINO 태백 출장안마 LIMITED 충청남도 출장안마 is 오산 출장마사지 Launching Soon 속초 출장마사지 - 익산 출장샵 JTA Hub